Jurnalindustry.com – Jakarta – Presiden Prabowo Subianto telah menunjuk Budi Arie Setiadi sebagai Menteri Koperasi. Posisi Menteri Koperasi merupakan pemecahan dari posisi Menteri Koperasi dan UMKM, yang sebelumnya dijabat oleh Teten Masduki.
Dalam 100 hari pertama, Menteri Budi Arie akan mendorong gerakan rebranding koperasi melalui digitalisasi. Upaya rebranding ini untuk memperkuat posisi koperasi dalam perekonomian.
Ketua Umum Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (INKOWAPI) Sharmila Yahya mendukung langkah strategis ini sebagai upaya meningkatkan gairah koperasi semakin besar.
“Salah satu yang INKOWAPI dorong adalah transformasi koperasi menjadi koperasi genuine melalui digitalisasi yang akan memberikan porsi dan posisi baru dalam perekonomian ke depan,” ujarnya.
Sharmila menjelaskan, spirit koperasi genuine dinilai sangat sejalan dengan upaya rebranding yang akan dijalankan Kementerian Koperasi. Dimana, menjadikan keharusan bagi koperasi untuk memasuki ekosistem digitalisasi dalam mendukung perekonomian nasional, sebagaimana cita-cita besar koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
“Koperasi genuine lingkup rebrandingnya diharapkan memberikan semangat baru, tidak hanya bagi gerakan koperasi tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan, terutama generasi milenium dan generasi z yang semakin mendominasi jumlahnya,” jelas Ketua Komite Tetap Kewirausahaan Kadin Indonesia.
Di sisi lain demi menyukseskan rebranding, INKOWAPI juga mendorong spirit transformasi perkoperasian Indonesia melalui modernisasi, yang merupakan bagian dari strategi keberlanjutan perekonomian nasional.
“Modernisasi koperasi di era digital ini sangat dibutuhkan perannya dalam pembangunan ekonomi secara luas,” terang tokoh perempuan penerima Satya Lencana Pembangunan Bidang Perkoperasian dan UKM tahun 2013 ini.
Sebelumnya, dalam pertemuan para wanita pemimpin koperasi se-Asia Pasifik, Asia Pacific Women CEO’s in Cooperatives Summit pada bulan Juli 2024 yang lalu, Indonesia telah sepakat untuk bersama-sama menghadapi tantangan global bagi seluruh koperasi di dunia.
Dalam forum tersebut, disampaikan bahwa tantangan utama masa depan yang harus dihadapi oleh seluruh negara, antara lain volatilitas ekonomi global, perubahan geopolitik dan ekonomi, kebijakan dunia yang terus berubah, persaingan antar negara maju, talent war pada pasar tenaga kerja, digital dan teknologi, perubahan iklim serta akses permodalan dan perluasan akses pasar.
“Ketidakpastian kondisi yang semakin besar ini memiliki tantangan tersendiri bagi koperasi seluruh bangsa untuk tetap dapat secara cepat menyesuaikan diri atas setiap percepatan perubahan,” ungkap CEO Sahabat Usaha Rakyat (SAHARA) ini.
Selain itu, berbagai negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat serta Eropa telah menggunakan koperasi sebagai pondasi dalam memenuhi kebutuhan dasar, khususnya sembako bagi masyarakat, agar tidak lagi terjebak dalam status middle income trap.
Untuk Indonesia sendiri, dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045, Sharmila berharap pemerintah bisa meningkatkan income per kapita sebesar USD 15.000 per tahun melalui peran koperasi.
“Koperasi hadir juga untuk membuka lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan dan menumbuhkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi secara bersama,” imbuh perempuan yang dinobatkan sebagai Penggerak Satu Juta UKM Naik Kelas Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2016 ini.
Dirinya berharap rebranding koperasi juga memprioritaskan perbaikan sumber daya manusia, tata kelola pengelolaan koperasi, membuka lapangan kerja, pengentasan kemiskinan serta menumbuhkan produktifitas secara terintegrasi.