Pandeglang – “Setelah koperasi resmi berbadan hukum, kami lebih percaya diri lagi.” Hal itu diungkapkan aktifis penggerak tani Umbi Sente (Talas Balitung) sekaligus Ketua Koperasi Pamatang Kembang Mandiri (PKM), Hendra Pranova, usai menerima sertifikat badan hukum koperasi dari Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, di Kampung Cinyurup (Kampung Domba), Kelurahan Juhut, Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu (2/10).
Dalam kesempatan itu, SesKemenkopUKM meyakini, dengan berkoperasi, komunitas petani Umbi Sente di Cinyurup bakal lebih besar lagi. Baik dari sisi kapasitas produksi, maupun kualitas produknya.
“Peluang bisnis Umbi Sente masih besar, dimana kebutuhan akan Umbi Sente sebesar 10 ton tapi baru bisa dipenuhi 2 ton,” kata Arif.
Terlebih lagi, lanjut Arif, model bisnis sudah tercipta dan sudah berjalan dengan baik. “Ada komunitas petani, koperasi, offtaker, hingga pihak-pihak pendukung lainnya, termasuk swasta. Saya yakin, Koperasi PKM akan semakin maju,” papar Arif.
Arif menambahkan, pihaknya akan selalu memberikan dukungan bagi perkuatan kelembagaan koperasi, termasuk pelatihan-pelatihan perkoperasian untuk pengurus dan anggota. “Sehingga, koperasi bisa lebih mensejahterakan masyarakat petani disini,” ujar Arif.
SesKemenkopUKM juga berharap program Perhutanan Sosial di Cinyurup semakin berkembang dengan mendorong pertumbuhan wisata agro dan Desa Wisata.
“Ini semua menggambarkan bagusnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, Perhutani, dan stakeholder lainnya,” imbuh Arif.
Arif mengapresiasi banyaknya pihak yang terlibat dalam pengembangan potensi Umbi Sente di Kampung Cinyurup. Selain KemenkopUKM, Perhutani, dan dinas terkait dari provinsi dan kabupaten, program sinergi ini juga melibatkan World Wildlife Fund (WWF), dan program CSR dari PT Indah Kiat Pulp and Paper.
Sementara itu, Hendra bercerita, setelah sekian lama menggeluti bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan domba di Pandeglang sejak 2009, sekitar satu setengah tahun lalu mulai menggarap komoditas Talas atau Umbi Sente.
“Kelompok tani anggota koperasi mulai diarahkan menanam Umbi Sente karena ada permintaan dari beberapa industri makanan,” kata Hendra.
Tercatat ada tiga industri besar yang menyerap Umbi Sente hasil produksi Hendra (39 tahun) bersama 47 petani anggota koperasi. Yaitu, PT Maxindo (Sentul, Bogor) untuk bahan pembuatan makanan ringan (snack), PT Endho Yushin (Bogor) untuk industri pembuatan keripik, dan CV Arista.
“CV Arista merupakan perusahaan suplier, dimana Umbi Sente hasil produksi koperasi kami dikirim ke luar negeri mengisi pasar Cerelac di Jepang,” tukas Hendra.
Para petani di sana terbilang beruntung. Pasalnya, selain ketiga usaha besar itu berperan sebagai Offtaker, mereka juga mau berbagi ilmu dan pengetahuan cara menanam Umbi Seten. Hendra mengakui, awal mengirim contoh hasil Umbi Sente, sempat ditolak beberapa kali.
“Mereka mau mengajarkan cara menanam Umbi Sente hingga menghasilkan kualitas yang masuk kualifikasi pabrikan. Ternyata, selama ini, kita panen Umbi setelah masa tanam enam bulan. Padahal, setelah mendapat edukasi yang benar, seharusnya kita panen setelah masa tanam 10 bulan hingga menghasilkan Umbi Sente berkualitas tinggi,” jelas Hendra.
Meski begitu, Hendra mengakui bahwa kapasitas produksinya belum mampu memenuhi kebutuhan pabrikan. Dari kebutuhan 10 ton per minggu, Koperasi PKM baru bisa memenuhi tiga ton saja.
Solusinya, lanjut Hendra, pihaknya sudah mendapat lampu hijau dari Perhutani untuk menambah lahan sebesar 50 hektar.
“Produksi tiga ton per minggu itu dihasilkan dari lahan seluas 75 hektar. Perhutani sudah menyiapkan lahan khusus Umbi Sente seluas 117 hektar, tapi kita ambil 50 hektar terlebih dahulu,” tukas Hendra.
Selama ini, Koperasi PKM memiliki total lahan seluas 75 hektar, dimana yang 25 hektar milik masyarakat (anggota), sedangkan yang 50 hektar milik Perhutani lewat program Perhutanan Sosial.
Industri Olahan
Mimpi Hendra yang juga Dosen statistik dan ilmu ekonomi di Universitas Mathlaul Anwar (Pandeglang) itu, tak hanya sampai disitu. Setelah di sisi hulunya diperkuat, Koperasi PKM bakal masuk ke sisi hilir. Yakni, membangun industri olahan Umbi Sente menjadi tepung, produk rebusan, hingga cerelac.
“Umbi Sente juga bisa diolah menjadi pengganti nasi bagi penderita diabetes,” ungkap Hendra
Terkait harga Umbi Sente, Hendra menjelaskan, pabrik membeli dari koperasi sebesar Rp3000 per kilogram. Hitungan koperasi berbagi keuntungan dengan petani adalah sebesar 50:50.
“Tapi, yang 50% keuntungan koperasi juga kan milik mereka juga sebagai anggota koperasi. Jadi, dengan berkoperasi itu lebih adil, dari kita untuk kita. Keuntungan kita nikmati bersama,” kata Hendra.
Untuk itu, Hendra mengungkapkan bahwa para pengurus dan anggota Koperasi PKM membutuhkan pelatihan perkoperasian dari Kemenkop dan UKM.
“Selama ini kita berkoperasi secara otodidak. Kami butuh pelatihan manajemen mengelola koperasi yang baik dan benar,” tandas Hendra.
Hendra berharap, dengan pelatihan perkoperasian, SDM di Koperasi PKM dapat lebih teredukasi. “Kami juga berharap ada penambahan literasi, khususnya terkait pupuk organik dan non organik, lewat pelatihan-pelatihan,” imbuh Hendra.
Di samping itu, dalam pemasaran Umbi Sente dan produk pertanian lainnya, Koperasi PKM sudah menerapkan digitalisasi dengan membuat lapak penjualan di PlayStore dengan nama Gudang Tani.
“Tak lama lagi akan berjalan. Sekarang masih tahap trial and error,” ungkap Hendra.
Selain mengembangkan produk Umbi Sente, Koperasi KMP juga berencana untuk masuk ke komoditas lain seperti wortel, umbi beneng, alpukat, duren, dan petai.
“Lewat koperasi, kita akan terus mengembangkan potensi sektor pertanian, khususnya yang ada si Pandeglang. Walau kita akui, permodalan Koperasi PKM harus terus mendapat perkuatan agar bisa lebih berkembang lagi,” pungkas Hendra.