Jakarta – Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) mengungkapkan alasan yang menyebabkan penjualan motor listrik subsidi Rp 7 juta terbilang masih seret alias susah laku.
Adapun, salah satu penyebabnya ialah belum meratanya sebaran dealer di Tanah Air.
Ketua Umum Aismoli Budi Setiadi mengatakan, aspek internal seperti belum meratanya penyebaran dealer menjadi salah satu kendala utamanya.
Ia bercerita, sempat ditelepon warga Jember yang ingin membeli motor namun ternyata di sana belum ada dealer-nya.
“Tadi pagi saya ditelepon orang Jember, ‘Pak saya mau beli motor subsidi’. Saya sampaikan bisa membeli, tapi ternyata di Jember belum ada dealernya. Padahal jember itu kota besar di Jawa Timur,” kata Budi, dalam acara Inabuyer EV Expo 2023 di SMESCO, Jakarta Selatan, Rabu (29/11).
Oleh karena itu, dirinya mendorong agar para pemegang merek yang merupakan anggota Aismoli, terutama merek yang telah memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40%, segera memperluas pasarnya ke daerah-daerah. Menurutnya, perluasan pasar bisa dilakukan lewat kemitraan.
“Di area ini lah ada skema, ada B2B yang terjalin. Saya dapat WhatsApp dari pengusaha di Makassar, Kalimantan, mereka mau datang lihat potensi yang ada untuk membuka kemitraan, dealer di beberapa daerah di Kalimantan,” ujarnya.
Budi mengatakan, secara angka saat ini jumlah dealer yang masuk ke dalam data SISAPIRa sudah ada sebanyak 500 dealer motor telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sementara yang menunggu untuk diverifikasi ada sekitar 200 dealer.
“700-an dealer sudah ada di seluruh Indonesia. Tapi kan mungkin populasi terbanyak masih di Jakarta. Mungkin daerah-daerah masih kurang,” imbuhnya.
Dari aspek industri, pemerintah sendiri telah memberikan karpet merah kepada asosiasi maupun merek motor listrik untuk memperluas pasar.
Menurutnya, sekarang tinggal bagaimana industri membangun strategi yang tepat supaya kepercayaan masyarakat terhadap motor listrik bisa terbangun.
“Sekarang adalah bagaimana kita ingin strategi yang pas, mengakurasi supaya trust masyarakat terhadap motor listrik. Yang sekarang banyak jadi pertanyaan, contohnya ‘motor rusak bengkel dimana?’,” ujarnya.
“Tapi dengan kegiatan ini, kami dapat banyak lamaran, banyak brand baru yang segera bergabung. Mudah-mudahan dengan makin banyak yang gabung Aismoli, kita bisa makin menyuarakan aspirasi yang sekarang ini jadi bottle neck terhadap kita. Tinggal bagaimana penetrasi ke marketnya,” pungkasnya.