Jurnalindustry.com – Jakarta – Kue ekonomi Pariwisata Super Premium Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT tak hanya dinikmati oleh kaum berduit. Masyarakat lokal juga kini bisa mendapat efek berganda ekonomi (multiplier effect) dari pariwisata Labuan Bajo.
General Manager Rumah Produksi Bersama (RBP) Bambu Mosedia, Marselinus Nuba Sabini menuturkan, pihaknya mengolah bambu petani lokal menjadi produk kerajinan berkualitas tinggi.
“Kami menampung bambu bambu petani lalu diolah untuk dipasarkan ke hotel hotel, restoran dan kantor kantor di Manggarai Barat/Labuan Bajo), villa penginapan, homestay, ke pengusaha lokal,”ucapnya, Sabtu (30/11).
Peraih Master Universitas Ilmu Politik Universitas Mercubuana, Jakarta dan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung itu berujar, hingga kini sekitar 10 desa sudah bekerja sama dengan RBP Bambu Mosedia. Bambu bambu petani itu dibeli dengan harga yang kompetitif.
Di RBP Bambu Mosedia, oleh pengrajin pengrajin terampil, bambu bambu itu diolah menjadi bermacam macam produk seperti lemari, kursi, stool, rak dan phone holder serta aneka perabotan rumah tangga lainnya.
RBP Bambu Mosedia merupakan Balai Kerja di bawah Kementerian UKM (usaha kecil menengah). Usianya baru sekitar setahun. Dilihat dari progresnya, ini merupakan RBP yang sangat pesat perkembangannya dan prospektif sebab pasarnya (hilir) ada. RPB ini juga berkolaborasi dengan organisasi nirlaba, Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.
Dipaparkan Marsel pula, selain memberi keuntungan bagi petani lokal, balai ini juga ujar dia berkontribusi besar mengatasi pengangguran. Jumlah pekerja langsung di RBP Bambu Mosedia sekitar 35 orang dan pekerja yang berhubungan langsung dengan RBP sekitar 80 orang. Mereka bekerja menyuplai bambu, memotong dan sebagainya.
Adapun produk dengan harga terendah yang dijual RBP Bambu Mosedia ialah phone holder dengan harga 35 ribu rupiah. Sementara yang tertinggi disesuaikan dengan jenis barangnya, bisa sampai jutaan rupiah. Intinya kata dia tetap ramah kantong.