Jurnalindustry.com – Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor pakaian jadi dan aksesorisnya menunjukkan tren fluktuatif di Indonesia.
Peningkatan tersebut biasanya terjadi karena pola musiman Hari Raya Lebaran untuk mengantisipasi peningkatan permintaan.
“Impor pakaian dan aksesorisnya, baik rajutan maupun bukan rajutan (HS 61 dan HS 62) menunjukkan tren fluktuatif yang cenderung dipengaruhi oleh pola musiman yaitu Hari Raya Nasional atau Keagamaan. Nilai impor menunjukkan tren meningkat pada bulan-bulan menjelang Hari Raya Lebaran. Pola tersebut terlihat baik di tahun ini maupun tahun lalu,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/6).
Berdasarkan catatan BPS, impor pakaian jadi bukan rajutan (HS 62) tercatat senilai US$ 24,78 juta atau Rp 405,05 miliar (kurs Rp 16.346) dengan volume 967.279 kg pada Mei 2024. Jumlah tersebut naik 5,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Impor pakaian tersebut paling banyak dipasok dari China US$ 6,66 juta, Bangladesh US$ 2,64 juta, Vietnam US$ 2,38 juta, dan Italia US$ 1,68 juta.
“Negara utama asal impor pakaian dan aksesorisnya antara lain Tiongkok, Bangladesh dan Vietnam,” terangnya.
Kemudian impor barang-barang rajutan yang masuk Indonesia senilai US$ 24,83 juta dengan volume 1.265.078 kg per Mei 2024. Jumlah tersebut naik 6,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.