Jakarta – Pada rangkaian Konferensi Regional Pembangunan Industri atau Regional Conference on Industrial Development (RCID) ke-2, yang digelar tanggal 10-11 November 2021 di Jakarta, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Perindustrian Bangladesh Nurul Majid Mahmud Humayun dan Menteri Perindustrian Sri Lanka Wimal Weerawansha.
“Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara mitranya, seperti Bangladesh dan Sri Lanka. Langkah sinergi ini diharapkan dapat memperkuat ekonomi masing-masing negara di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19,” ujar Menperin di Jakarta, Kamis (11/11).
Hasil dari pertemuan tersebut, ketiga delegasi bersepakat untuk saling meningkatkan kerja sama di sektor industri dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi di masing-masing negara hingga lingkup regional. Fokus kolaborasi yang akan dijalankan adalah transformasi digital atau penerapan industri 4.0.
“Sesuai yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo pada pembukaan RCID ke-2, yakni transformasi digital dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah sektor industri sehingga bisa mewujudkan pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Menperin.
Bahkan, menurut Agus, pemanfaatan teknologi 4.0 merupakan salah satu instrumen mewujudkan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, dan berdaya saing.
Indonesia sudah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang kini pengembangannya difokuskan pada tujuh sektor, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan industri alat kesehatan.
“Ketujuh sektor ini bisa memacu kontribusi manufaktur pada PDB, meningkatkan ekspor dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru,” paparnya.
Saat pertemuannya dengan Menteri Humayun, Agus membahas progres kesepakatan Joint Operation antara PT GMF AeroAsia dengan Biman Bangladesh untuk jasa Maintenance Repair and Operations (MRO).
“Selain itu, kami mengangkat keberhasilan PT INKA dalam melakukan pengadaan 400 gerbong kereta ke Bangladesh, serta tindak lanjut penjajakan pasokan LNG dari Pertamina ke PetroBangla,” tuturnya.
Menteri Agus juga menyatakan, pihaknya memandang kerja sama industri hilir antara Indonesia dan Bangladesh perlu dikembangkan.
“Contohnya pada penguatan sektor hilir industri otomotif dan kesehatan serta pengembangan kawasan industri. Pelaku industri yang sudah berinvestasi di Bangladesh, kami minta perlu memperluas lini produksinya dengan memanfaatkan insentif dan kawasan melalui Bangladesh Investment development Authority (BIDA),” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Menteri Humayun mengucapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan RCID ke-2, yang menjadi wadah untuk meningkatkan kerja sama Indonesia dan Bangladesh khususnya di sektor industri.
“Bangladesh memandang kerja sama sektor industri dan investasi dapat ditingkatkan lebih luas, khususnya pengembangan kawasan industri di kedua negara,” ujarnya.
Ketika bertemu dengan Menteri Wimal, Agus mengangkat potensi kerja sama teknik khususnya di bidang penyediaan pendidikan dan pelatihan kejuruan (technical and vocational education training/TVET).
“Kami ingin menjalin kerja sama dengan Sri Lanka terkait pendidikan dan pelatihan vokasi di sekolah dan politeknik milik Kemenperin, serta kerja sama teknik terkait pengujian, litbang, dan inovasi di bidang industri tekstil yang dapat dijajaki balai besar industri di bawah binaan Kemenperin,” ungkapnya.
Selanjutnya, Menperin Agus membahas mengenai beberapa perusahaan Indonesia yang beroperasi dan berinvestasi di Sri Lanka. Mereka di antaranya Kalbe Farma dan Dexa Medica yang bergerak di bidang produk farmasi, kemudian ada Indorama berinvestasi pada produksi bahan baku tekstil.
“Selain itu, PT Jemblo Cable dengan produksi kabel listrik, PT Agro Indomas pada pengolahan CPO, dan PT Usaha Tani Lestari untuk produksi olahan kopra,” sebutnya.
Di samping soal investasi yang telah berjalan, Menperin Agus juga menindaklanjuti hasil kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Sri Lanka pada tahun 2018 lalu.
“Kami juga ingin terus meningkatkan kerja sama sektor industri dengan Sri Lanka, seperti PT INKA yang berhasil menyepakati kerja sama bisnis pengadaan 75 gerbong kereta dan 20 tempat tidur flatbed di Sri Lanka, yang didukung oleh Bank Exim Indonesia,” ungkapnya.
Menteri Wimal juga mengapresiasi penyelenggaraan RCID ke-2, yang diharapkan menjadi ajang untuk meningkatkan kerja sama antara pelaku industri Indonesia dan Sri Lanka. Apalagi, terkait dengan adanya kerja sama untuk transformasi digital, akan memacu daya saing industri kedua negara.
Dilihat dari kinerja ekspor dan impor, nilai total perdagangan antara Indonesia dan Sri Lanka hingga triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar USD333,3 juta, dengan nilai ekspor Indonesia ke Sri Lanka sebesar USD299,7 juta dan impor USD33,5 juta.
Indonesia terus mengalami surplus perdagangan dalam satu dekade terakhir dengan nilai rata-rata USD252 juta per tahun.