Jakarta – Dunia usaha merespon positif pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melejit tajam sebesar 7,07 persen di kuartal II-2021.
“Kenaikan pertumbuhan ekonomi ini memang di luar prediksi kita, apalagi menembus angka 7% sebagaimana yang ditargetkan pemerintah,” kata Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang di Jakarta (7/8/2021).
Dijelaska Sarman, kondisi ekonomi seperti ini memang kerap terjadi, dimana ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam satu tahun terkontraksi alias minus, dalam tahun berikutnya bisa langsung cepat melejit, walaupun kualitas pertumbuhannya tidak sama saat kondisi normal.
Menurutnya, hal seperti ini pernah terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China, dimana pertumbuhan ekonomi AS tahun 2020 minus 3,5% dan Tiongkok minus 6,8% di kuartal I-2020. Tetapi di kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi AS naik tajam swbesar 12,20%, sedangkan China melejit sampai 18,3%.
“Pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021 ini dipacu geliat geliat ekonomi menjelang lebaran yang sudah sempat bergairah, serta komitmen pengusaha yang membayar THR secara penuh memberikn andil besar atas pencapaian ini, dimana konsumsi rumah tangga sempat tumbuh positif,” terangnya.
“Kita akui sekalipun pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 ini naik signifikan yang membawa kita keluar dari zona resesi tapi kualitas pertumbuhannya tidak sama dikala kita dalam situasi normal,” sambung Sarman.
Dikatakan Sarman, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas memiliki dua indikator yang jelas, pertama setiap pertumbuhan ekonomi 1% akan mampu menyediakan lapangan pekerjaan dikisaran 250-500 ribu, kemudian indikator yang kedua adalah mampu mengurangi angka kemiskinan.
“Dengan memperhatikan realita yang ada dimana saat ini berdasarkan data BPS, angka pengangguran hampir menembus 9,77 juta atau sekitar 7,07%, demikian juga dengan angka kemiskinan. Bertambahnya angka pengangguran, memicu naiknya jumlah penduduk miskin yang mencapai 10,19%, namun dengan naiknya pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 tidak berpengaruh terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan menurunnya angka kemiskinan,” papar Sarman.
“Pelaku usaha tentu berharap agar kedepan bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu mempengaruhi terhadap indikator tersebut diatas termasuk indeks kepuasan masyarakat,” sambungnya.
Namun, harus diakui pertumbuhan ekonomi di kuartam II-2021 ini minimal memberikan efek psikologis kepada pelaku usaha bahwa Indonesia sudah mampu keluar dari resesi ekonomi.
“Selain itu juga dapat memacu rasa optimisme bahwa ekonomi akan cepat pulih dan akan bangkit kembali menuju pertumbuhan ekoomi yang lebih berkualitas,” tutup Sarman.