Bali – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar berperan penting dalam mendukung pengembangan industri kriya atau kerajinan karena sektor tersebut mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Hal ini tercemin dari nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada tahun 2022 yang tercatat sebesar USD949 juta atau mengalami kenaikan 3,6 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai USD916 juta.
Dalam rangka kunjungan kerjanya di Bali, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Masrokhan sempat meninjau Ethneeq, yang merupakan tenant binaan Inkubtor Bisnis BDI Denpasar angkatan tahun 2020 yang bergerak dalam bidang kriya atau kerajinan pembuatan tas goni Bali (jute fashion bag).
‘Ethneeq merupakan salah satu contoh sukses dari tenant atau startup yang dibina oleh Inkubator Bisnis BDI Denpasar. Mereka secara aktif mengikuti semua program mentoring dan pembinaan yang ada di Inbis BDI,” papar Masrokhan.
“Setelah menjadi alumni tenant Inkubator Bisnis BDI Denpasar, Ethneeq mampu memperluas usaha dan jaringan mereka, misalnya pada perhelatan akbar Indonesia sebagai host country pada KTT G20 tahun lalu, Ethneeq menjadi salah satu UMKM yang mendukung merchandise untuk para delegasi G20 di perhelatan tersebut,” tambahnya.
Pada tahun 2023, Ethneeq berkolaborasi dengan BDI Denpasar menyelenggarakan peragaraan busana Tri Hita Karana dengan konsep bisnis berkelanjutan. Kegiatan ini diinisiasi oleh empat brand yang bergerak di bidang sustainable fashion yang akan menampilkan keunikan produknya.
Kepala BDI Denpasar, Ali Khomaini menyampaikan, dalam mendukung kemajuan industri kerajinan nasional, pihaknya memiliki bengkel kriya yang disebut BIKIN Makerspace, di mana masyarakat dapat memanfaatkan peralatan yang terdapat di BIKIN Makerspace secara gratis atau tanpa dipungut biaya untuk menghasilkan suatu produk kerajinan.
“BIKIN Makerspace pada bulan Maret 2023 telah menyelenggarakan Kriyasi, yaitu Kompetisi Ide Bisnis Kriya BDI Denpasar tahun 2023 dan telah mendapatkan tiga pemenang terbaik, serta satu juara harapan,” ungkap Ali.
Di sisi lain, yang menarik di BDI Denpasar, yakni turut melibatkan para penyandang disabilitas dalam kegiatan workshop untuk menjadi calon tenaga kerja industri. Kegiatan tersebut antara lain adalah workshop fotografi dan social media marketing serta pengembangan produk kerajinan.
“Kami rutin setiap tahunnya menyelenggarakan workshop yang melibatkan teman-teman disabilitas. Tahun ini akan juga ada program inkubator bisnis. Mereka bisa mengajukan proposal bisnisnya, yang nanti diseleksi untuk mendapatkan mentoring dan materi tentang kewirausahaan,” papar Ali.
Ali menjelaskan, pihaknya telah melakukan kerja sama dengan sejumlah komunitas disabilitas seperti Inkrebilitas (Inovatif Kreatif Bisabilitas).
“Kami berharap, pelatihan yang kami gelar bisa menjadi katalis dalam upaya mengembangkan SDM industri kompeten dan juga menumbuhkan wirausaha mandiri,” ujarnya.
Lanjut Ali, terkait pemasaran produk yang dihasilkan para peserta penyandang disabilitas, BDI Denpasar menyediakan ruang promosi galeri untuk produk kerajinan.
“Jadi, selain memfasilitasi dalam bentuk pengetahuan serta ruangan dan alat, kami juga menyediakan space untuk memamerkan produk kerajinan dalam bentuk galeri yang ada di BDI Denpasar,” imbuhnya.
Ia mengemukakan, setiap ada kunjungan baik dari instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga pendidikan, BDI Denpasar selalu mengarahkan para pengunjung dapat melihat hasil karya kerajinan dari para peserta pelatihan di Makerspace, termasuk karya teman-teman disabilitas.
“Kunjungan tersebut dapat digunakan sebagai pemasaran yang baik bagi produk hasil karya mereka agar semakin dikenal di kalangan luas,” terangnya.