Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginisiasi berbagai program dan kebijakan dalam mengerek daya saing industri furnitur di tanah air.
“Misalnya, menjaga ketersediaan bahan baku, memberikan insentif fiskal dan nonfiskal,” Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta (26/8).
Putu menambahkan, dampak pandemi membawa perubahan terhadap belanja rumah tangga, seperti peralihan dari biaya untuk hiburan atau pariwisata menjadi kebutuhan untuk menata atau merenovasi rumah.
“Salah satu produk yang cukup banyak diserap adalah furnitur dan kerajinan. Hal ini memberikan peluang terhadap industrinya, terlebih dengan adanya pola belanja online yang juga ikut mendongkrak penjualan produk furnitur dan kerajinan,” imbuhnya.
Dijelaskan Putu, industri furnitur rotan konsisten memberikan kontibusi signifikan bagi perekonomian nasional. Apalagi, industri strategis ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.
“Indonesia punya potensi besar dalam pengembangan industri rotan yang berdaya saing global, karena didukung dengan ketersediaan sumber daya alam yang kaya dan sumber daya manusia yang terampil,” terangnya.
Putu menegaskan, selama masa pandemi Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), pihaknya bertekad menjaga aktivitas industri furnitur rotan, yang termasuk dalam sektor esensial. Sebab, industri ini merupakan sektor yang berorientasi ekspor sehingga menghasilkan devisa.
“Saat ini, sejumlah industri esensial sedang melakukan tahap uji coba penerapan protokol kesehatan, dengan beroperasi dalam kapasitas 100% karyawan yang dibagi minimal menjadi dua shift,” tuturnya.
Hal ini sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, 3, dan 2 Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali.
Guna memastikan uji coba tersebut berjalan baik, Kemenperin terus aktif melakukan monitoring dan evaluasi.
“Misalnya, kami melakukan kunjungan kerja untuk memantau pedoman atau fasilitas yang dimiliki perusahaan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu juga melihat langsung penggunaan aplikasi PeduliLindungi yang lebih memudahkan dan efektif,” paparnya.
Putu optimistis, apabila aktivitas produksi industri dapat terjaga dengan baik, akan memacu investasi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional. Apalagi, 100% produk yang dihasilkan oleh PT Aida Rattan Industry berorientasi ekspor.
“Pada Januari-Mei 2021, ekspor furnitur berbasis rotan menembus USD67,67 juta atau naik 31% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD51,62 juta,” sebutnya.
Adapun negara tujuan utama ekspor furnitur nasional, di antaranya Amerika Serikat, Italia, Jerman, Jepang, Belanda, Inggris, dan Perancis.
Sementara itu, secara kumulatif, ekspor yang dikontribusikan oleh industri furnitur mencapai USD1,91 miliar sepanjang tahun 2020. Sektor ini terdapat 1.114 perusahaan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan jumlah kapasitas produksi sebesar 2,9 juta ton per tahun dan total tenaga kerja yang terserap sebanyak 143.119 orang.