Jurnalindustry.com – Batang – Kementerian Koperasi (kemenkop) menyiapkan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih sebagai motor baru industrialisasi berbasis desa sekaligus penyangga ekonomi nasional dari tekanan produk impor.
Sekretaris Kementerian Koperasi (SesKemenkop) Ahmad Zabadi menegaskan bahwa koperasi desa tidak lagi diposisikan sebatas lembaga simpan pinjam, melainkan sebagai agregator produksi, distribusi, dan pasar bagi pelaku usaha mikro, kecil, hingga ultra mikro.
“Yang kecil-kecil ini harus diagregasi. Siapa agregatornya? Koperasi. Dari situlah lahir gagasan besar Kopdes Merah Putih,” ujar Zabadi saat membuka Batang Nusantara Expo dan Kopdes Merah Putih Fest 2025, akhir pekan kemarin.
Acara yang mengusung tema Transformasi Kabupaten Batang Menjadi Pusat Industri dan Jasa ini menandai percepatan pembangunan gerai fisik Kopdes Merah Putih di seluruh Indonesia yang ditargetkan selesai pada Maret–April 2026. Melalui jaringan gerai tersebut, produk lokal akan difasilitasi akses pembiayaan, distribusi, pengemasan, hingga pasar modern dan ekspor.
Zabadi menyebut, keberadaan koperasi desa menjadi solusi konkret atas persoalan klasik yang selama ini dihadapi petani dan nelayan, terutama terkait akses pupuk bersubsidi dan bahan bakar.
“Nelayan bisa membeli solar sesuai harga resmi Rp6.800 per liter, petani mendapatkan pupuk sesuai harga pemerintah. Rantai distribusi kita potong,” katanya.
Menurut Zabadi, koperasi desa berperan penting dalam menjaga stabilitas harga barang strategis yang selama ini kerap dipermainkan oleh tengkulak. “Koperasi desa memastikan rakyat menikmati LPG, beras, obat-obatan, dan barang subsidi lainnya sesuai HET,” ujarnya.
Lebih jauh, Kopdes Merah Putih juga diarahkan menjadi bagian dari ekosistem industrialisasi desa, di mana produk lokal tidak hanya dijual mentah, tetapi diproses, disimpan di cold storage, dikemas, dan dipasarkan secara modern.
“Hasil panen cabai, beras, ikan, semuanya diserap koperasi, diproses, lalu masuk pasar modern atau ekspor,” kata Zabadi.
Kemenkop menargetkan koperasi desa mampu mendorong produksi massal barang kebutuhan harian, sehingga ketergantungan terhadap produk impor dapat ditekan secara bertahap.
Selain itu, Kopdes Merah Putih juga ditugaskan menjadi bagian dari pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Presiden menekankan seluruh bahan baku MBG harus bersumber dari produksi lokal, bukan impor.
Dalam skema ini, koperasi desa akan mengagregasi peternak sapi perah dan produsen pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan susu dan bahan pangan bergizi lainnya.
Bupati Batang Faiz Kurniawan menyampaikan bahwa Batang Nusantara Expo 2025 menjadi momentum kebangkitan pelaku usaha lokal pascapandemi Covid-19.
“Ini bukan sekadar pameran, tetapi wadah agar pengusaha mikro naik kelas, dari kecil menjadi menengah, hingga korporasi besar,” ujarnya.
Pemkab Batang berharap pelaku usaha lokal dapat mengakses pembiayaan berbunga rendah melalui LPDB, sekaligus memperluas pasar melalui dukungan koperasi.
Faiz menekankan lima akses kunci bagi pengusaha lokal, yakni tanah, pendidikan, teknologi, modal, dan pasar. Menurutnya, Kopdes Merah Putih menjadi instrumen strategis untuk memenuhi seluruh prasyarat tersebut.
“Kami ingin Batang Nusantara Expo ke depan menjadi expo koperasi dan pengusaha lokal terbesar di Indonesia,” pungkasnya.





























