Jakarta – Kinerja industri keramik nasional terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tercatat, pada kuartal I-2022, utilisasi produksi keramik nasional sudah berada di level 82-83%. Angka tersebut mendekati target utilisasi produksi nasional tahun 2022 yang disetimasikan sebesar 85%.
Kinerja yang baik di kuartal I-2022, tentunya ditopang oleh peningkatan permintaan dalam negeri. Selain itu, kinerja ekspor juga sudah mulai kembali ‘rebound’.
Tercatat, angka ekspor (dalam volume meter persegi) untuk periode Januari-Februari 2022 ini bertumbuh 20% jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sementara itu, jika dilihat secara volume dalam USD bertumbuh 6%.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, permintaan ekspor mulai kembali pulih dengan negara tujuan Filipina, Malaysia, Thailand dan Amerika Serikat (AS).
“Industri keramik saat ini bahkan sudah memasuki zona eskpansif dimana tahun 2021 ada tambahan kapasitas produksi baru sebesar 13 juta m2 dan tahun 2022 ada ekspansi baru sekitar 35 juta m2 dengan total capex Rp3 triliun. Diharapkan ada penyerapan tenaga kerja baru sekitar 3000 orang,” kata Edy di Jakarta, Sabtu (9/4).
Dijelaskan Edy, semangat optimisme industri keramik harus didukung dengan kelancaran supply gas yang mana sampai dengan saat ini industri keramik yang berada di Jawa Timur masih belum bisa berproduksi optimal karena gangguan pasokan gas dari PGN.
“Daya saing industri keramik di Jatim juga terganggu karena dikenakan kuota pemakaian gas harian dan alokasi gas industri tertentu yang pada akhirnya industrj terpaksa harus membayar gas di sebesar USD 7,98 – 15 per MMBTU,” terangnya.
“Asaki berharap pemerintah dapat memberikan kepastian dan kemudahan serta proses yang lebih cepat bagi existing industri keramik yang sedang melakukan ekspansi di tahun 2022 ini,” tambah Edy.
Disisi lain, Asaki menyambut baik pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. “Kami siap untuk memenuhi semua kebutuhan infrastruktur bahan bangunan yang dibutuhkan seperti keramik lantai dan dinding, genteng atap dari bahan keramik dan sanitary ware,” tutur Edy.
Menurutnya, secara kualitas dan design produk lokal jauh lebih baik, bahkan lebih unggul dari sisi ketepatan waktu dan pelayanan purna jual dan didukung volume produksi industri keramik sangat mumpuni untuk memenuhi semua permintaan domestik yang tentunya akan bertambah seiring pembangunan IKN di Kalimantan Timur
“Tentunya hal tersebut juga didukung dengan rencana ekspansi kapasitas industri keramik sebesar 35 juta m2/tahun dengan total nilai investasi sekitar Rp2 triliun dan akan menyerap 3.000 tenaga kerja. Ekspansi kapasitas tersebut juga merata dimana berlokasi di Jawa Timur sebesar 18 juta m2 dan Jawa bagian Barat sebesar 17 juta m2 dengan mayoritas jenis produk Homogenius Tiles yang dipersiapkan untuk substitusi impor,” paparnya.
Lebih lanjut, Edy mengungkapkan bahwa industri keramik tidak ada pilihan selain melakukan penyesuaian harga jual keramik kepada konsumen mengikuti kebijakan pemerintah dengan tarif baru PPN 11% per April 2022.
“Berdasarkan hasil pengamatan Asaki sejauh ini terkait permintaan pasar pasca penyesuaian PPN 11% masih baik dan stabil karena salah satu katalis positif adalah trend permintaan keramik yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri,” tandasnya.