Jakarta – Perum Perhutani menggandeng Pertamina Power Indonesia (PPI) dalam upaya sinergi BUMN mempercepat pencapaian target Zero Emission BUMN pada 2050 melalui penghitungan carbon stock (Cadangan Karbon) di berbagai lahan milik Perhutani dan Inhutani di seluruh Indonesia.
Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengapresiasi upaya Pertamina Power Indonesia yang telah terlibat intens dalam aksi mitigasi perubahan iklim untuk mencapat target Net Zero Emission BUMN 2050 di wilayah Perum Perhutani.
“Sinergi ini adalah upaya mempercepat target Net Zero Emission BUMN pada tahun 2050 dan target Indonesia sebelum 2060 sesuai Kesepakatan Paris dan Pertemuan COP26 di Glasgow, akhir tahun lalu ,” jelas Wahyu saat kick-off meeting “Pembahasan Net Zero Emission” secara daring bersama Pertamina Power Indonesia (9/02).
Selain Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro, hadir antara lain Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perhutani Endung Trihartika, Direktur Pengembangan dan Perencanaan Strategis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman, serta Perwakilan Carbon Offset Asia Glory Harimas dan Yuza.
PPI adalah anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
Menurut Wahyu, proyek ini akan sukses dengan menggabungkan data dari lahan-lahan yang berpotensi menyerap gas karbon, diantaranya lahan hutan ataupun lahan gambut.
Dalam kegiatan ini Perhutani akan melibatkan Anak Perusahaan PT Inhutani I, II dan III yang memiliki wilayah konsesi Hutan Alam di Kalimantan dan Sulawesi.
Dia berharap agar Pertamina Power Indonesia bisa terus memantau proyek ini selama 3-5 tahun kedepan dan melakukan perhitungan dinamika carbon stock (cadangan karbon) selama proyek berlangsung.
“Kami akan melibatkan Inhutani I sampai III karena mereka memiliki hutan alam yang cukup potensial menyerap gas karbon [cadangan karbon],” tegas Wahyu.
Seperti diketahui, Cadangan Carbon adalah jumlah C yang disimpan dalam komponen biomasa dan nekromasa baik di atas permukaan tanah dan di dalam tanah (Bahan organik tanah, akar tanaman dan mikroorganisma) per satuan luasan lahan.
Sementara itu, Direktur Pengembangan dan Perencanaan Strategis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman menjelaskan bahwa kerjasama ini merupakan titik kritikal karena Pertamina Power Indonesia memiliki SDM maupun teknologi yang mampu melakukan perhitungan Cadangan Karbon.
Fadli menyambut positif sikap Perum Perhutani yang telah mengambil langkah untuk berkerja sama dengan Pertamina Power Indonesia. Sebab, Pertamina Power Indonesia memang memiliki SDM dan teknologi perhitungan carbon stock [Cadangan Karbon] yang kompeten.
“Kami akan melaksanakan Studi Kelayakan, jika perhitungan carbon stock sudah dilakukan di semua wilayah kerja Perum Perhutani dan Anak Perusahaannya,” jelas Fadli.
Sedangkan, perwakilan Carbon Offset Asia Yuza mengatakan selama ini perhitungan cadangan karbon hanya dilakukan di lahan gambut mengingat kemampuannya yang sangat besar dalam menyerap emisi.
Namun karena Perhutani dan Anak Perusahannya memiliki wilayah kerja yang luas untuk perhitungan cadangan gas karbon, dia menyarankan agar hasil perhitungannya nanti menjadi data yang bersifat terbuka (open source).
“Data yang open source ini akan memudahkan masyarakat ikut melakukan pemantauan terhadap proyek ini project,” kata Yuza.
Sebagai informasi, perhitungan cadangan gas karbon termasuk dalam kegiatan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan atau dikenal dengan istilah REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation).
Isi dari kegiatan ini adalah; pengurangan emisi dari deforestri (reducing emission from deforestation), pengurangan emisi degradasi hutan (reducing emission from forest degradation), peningkatan peran konservasi (role of conservation), pengelolaan hutan lestari (sustainable management of forest) dan peningkatan stok karbon hutan (enhancing forest carbon stock).