Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) akan memanfaatkan tahun politik dan momentum Pemilu sebagai lahan untuk tingkatkan pertumbuhan industri yang diharapkan bisa mencapai 6 persen hingga akhir tahun 2023 ini.
“Periode politik atau Pemilu ini menjadi berkah bagi industri mamin karena banyak acara atau kegiatan yang dilakukan baik oleh partai, maupun individu caleg dan lain sebagainya, sehingga setiap acara maupun perjalanan butuh makanan dan minuman,” kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman di Jakarta (17/7).
Dirinya berharap momentum tahun politik mampu mendorong pertumbuhan industri mamin. Berdasarkan catatan Gapmmi, industri mamin mampu tumbuh 5,3% hingga triwulan I-2023. Angka tersebut baik dibandingkan pertumbuhan di tahun 2022 yang hanya sebesar 4,9 persen.
Selain jadi karena maraknya kampanye, Adhi menyebut beralihnya status dari pandemi ke endemi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil di atas 5 persen juga menjadi pendorong tumbuhnya industri ini.
“Yang penting situasi politik kita kondusif dan tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Dirinya menyebut bahwa dalam kondisi normal, pertumbuhan industri mamin diperkirakan bisa mencapai 7-10 persen.
“Saya berharap harusnya bisa di atas 6 persen, perkiraan kita 5-7 persen, tapi kita harap masih bisa di 6 persen. Lebih bagus dibanding tahun lalu yang 4,9 persen,” imbuhnya.
Dalam catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), industri makanan dan minuman berkontribusi hingga 38,61 persen terhadap industri pengolahan nonmigas sepanjang triwulan I 2023. Adapun kontribusinya terhadap PDB nasional mencapai 6,47 persen.
Sebelumnya, Gapmmi memprediksi akan ada kenaikan aktivitas menjelang kampanye pemilu akan sangat tinggi yang akan membantu mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman.
“Karena pengalaman dulu selama periode kampanye pemilu itu pengeluaran sangat signifikan, tiba-tiba banyak sekali yang masuk,” katanya pada Mei lalu.