Jakarta – Kerugian yang ditelan pemegang hak waralaba Pizza Hut, PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA) kian dalam sepanjang tahun lalu akibat aksi boikot.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, PZZA membukukan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp96,22 miliar pada 2023. Jumlah ini melesat 310,51% jika dibandingkan dengan kerugian tahun sebelumnya yakni Rp23,45 miliar.
Peningkatan rugi bersih sejalan dengan kinerja penjualan yang turun 1,89% year-on-year (YoY) menjadi Rp3,54 triliun.
Sebelum dikurangi potongan penjualan sebesar Rp12,21 miliar, segmen makanan menyumbang Rp3,3 triliun dan minuman Rp256,23 miliar. Sementara itu, beban pokok penjualan PZZA mencapai Rp1,18 triliun atau meningkat 0,05% YoY.
Laba kotor pun mencatatkan minus 2,84% secara tahunan menjadi Rp2,35 triliun. Meski demikian, laba kotor kembali tergerus oleh sejumlah beban operasional. Terbesar datang dari beban penjualan yang mencapai Rp2,19 triliun pada 2023. Alhasil, PZZA menorehkan rugi operasi senilai Rp40,18 miliar, berbalik dari laba Rp15,78 miliar.
Direktur Utama Sarimelati Kencana, Hadian Iswara mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja perseroan melemah pada tahun lalu, mulai dari penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,31% menjadi 5,05% hingga aksi boikot.
“Krisis Palestina menyebabkan preferensi sebagian konsumen berubah dan berdampak juga kepada kinerja perseroan,” ujarnya dikutip dari laporan tahunan PZZA, Selasa (23/4/2024).
Hadian menuturkan bahwa sepanjang tahun lalu, PZZA telah menata fokus lebih tajam pada inovasi produk dan kolaborasi yang dilakukan oleh berbagai pemegang kepentingan, serta berbagai kalangan pelanggan termasuk generasi.
Menurutnya, generasi memang menjadi salah satu target pasar yang difokuskan perseroan. Hal ini mengingat keberadaan generasi muda yang lebih aktif pada segala macam perubahan dan perkembangan, sehingga menciptakan peluang baru bagi PZZA.
“Selain itu, eksistensi generasi muda di dunia maya juga menjadi salah satu aset bagi perseroan dalam menyebarkan segala macam bentuk informasi dan promosi di dunia digital,” tuturnya.
PZZA juga berupaya melakukan efisiensi dengan berfokus pada penurunan biaya operasional, termasuk mengubah prosedur standar operasional di tiap gerai, dengan tetap mempertahankan standar tinggi kualitas produk dan layanan.
Sepanjang 2023, PZZA membukukan total aset senilai Rp2,34 triliun atau turun 6,46% YoY. Adapun liabilitas perseroan juga terkoreksi 4,90% secara tahunan menjadi Rp1,27 triliun, sedangkan ekuitas mencapai Rp1,07 triliun atau turun 8,24% YoY.
Di sisi lain, arus kas setara kas perseroan pada akhir periode Desember 2023 tercatat sebesar Rp51,01 miliar atau terkoreksi 6,73% YoY dari posisi sebelumnya yakni Rp54,69 miliar.
Bergeser ke lantai bursa, saham PZZA saat ini berada pada level Rp282 per saham. Banderol tersebut mencerminkan penurunan sebesar 23,78% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) dan terkoreksi 24,60% dalam kurun tiga bulan terakhir.