Jurnalindustry.com – Jakarta — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengakselerasi transformasi digital sebagai fondasi utama penguatan daya saing dan ketahanan industri nasional di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Upaya tersebut difokuskan pada peningkatan produktivitas, penguatan teknologi proses, serta digitalisasi sistem industri yang terintegrasi.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa digitalisasi dan penerapan Industri 4.0 merupakan kunci dalam mewujudkan sektor manufaktur nasional yang cerdas, berkelanjutan, dan tangguh menghadapi persaingan global.
“Kesiapan digital akan menjadi stimulus penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, sekaligus memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global,” kata Menperin Agus dalam keterangannya.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025, pemanfaatan sistem informasi berbasis internet di Indonesia telah menjangkau sekitar 229 juta pengguna atau setara 80,66 persen dari total populasi.
Tingginya penetrasi digital tersebut menjadi indikator kuat kesiapan nasional dalam menghadapi era transformasi digital, termasuk di sektor industri manufaktur.
Sebagai bentuk konkret penguatan Industri 4.0, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) secara konsisten menggelar berbagai program peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri, khususnya di bidang teknologi digital dan keamanan siber.
Pada akhir November 2025, BPSDMI berkolaborasi dengan PT Elmecon Multikencana, PT Riasarana Electrindo, dan Data Garda menyelenggarakan Seminar Kolaborasi PIDI 4.0 bertajuk “Essential Backbone for Industrial Efficiency, Connectivity, and Cybersecurity” di Gedung Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), Jakarta.
Kepala BPSDMI Doddy Rahadi menyampaikan bahwa transformasi industri saat ini bergerak menuju lingkungan produksi yang semakin terotomatisasi, terkoneksi, dan berbasis data. Oleh karena itu, efisiensi operasional, konektivitas yang andal, serta keamanan siber menjadi fondasi utama dalam meningkatkan daya saing industri nasional.
“Efisiensi energi, konektivitas sistem, dan keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis bagi industri yang ingin bertahan dan berkembang di era digital,” ujar Doddy.
Melalui forum tersebut, pemerintah dan pelaku industri memperkuat sinergi untuk mempercepat transformasi Industri 4.0 dengan fokus pada peningkatan efisiensi energi, optimalisasi produktivitas mesin, serta penguatan keamanan siber operasional.
Kolaborasi ini diharapkan mampu menekan risiko downtime, mengendalikan biaya energi, dan mengurangi kerentanan terhadap ancaman siber.
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Industri, Sidik Herman menambahkan bahwa tantangan global seperti tekanan efisiensi, kenaikan biaya energi, keterbatasan tenaga teknis terampil, hingga meningkatnya gangguan siber menjadikan transformasi digital sebagai kebutuhan mendesak bagi sektor manufaktur.
“Integrasi Internet of Things (IoT), predictive maintenance, hingga perlindungan sistem industri dari ancaman siber kini menjadi prasyarat utama agar industri nasional tetap kompetitif,” jelas Sidik.
Selain pemaparan materi, seminar ini juga dilengkapi sesi diskusi interaktif serta demonstrasi perangkat industri yang menampilkan penerapan langsung solusi berbasis Industri 4.0.
Direktur PT Elmecon Multikencana Ridwan Djuhari menyatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah, integrator, dan pelaku industri merupakan langkah strategis untuk menghadirkan solusi nyata bagi peningkatan efisiensi energi, produktivitas mesin, dan keamanan sistem operasional.
“Kami berharap kolaborasi seperti ini terus digalakkan agar industri nasional mampu bersaing dan tidak tertinggal dari negara-negara kawasan seperti Vietnam dan Thailand,” ujarnya.





























