Dubai – Gelaran Expo 2020 Dubai menjadi ajang untuk memamerkan produk khas Indonesia ke mata dunia, salah satunya batik.
Produk warisan budaya Indonesia ini menjadi incaran kolektor dunia yang berkunjung di Paviliun Indonesia. Aneka motif batik dapat ditemukan di berbagai penjuru Paviliun Indonesia, salah satunya di area Rolling Exhibition.
“Pada Expo 2020 Dubai, batik menjadi salah satu incaran kolektor dari Amerika, Australia, hingga Prancis,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional dan Komisioner Jenderal Paviliun Indonesia Didi Sumedi, beberapa waktu lalu.
Didi menambahkan, berbagai produk batik yang dipajang sebagai suvenir di area Rolling Exhibition berasal dari produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) siap ekspor.
Selain dalam bentuk kain, produk batik yang juga dipamerkan adalah dalam bentuk kemeja, blazer, dan syal melalui peragaan busana. Produk tersebut telah dikurasi PT Sarinah sebagai pengelola suvenir Paviliun Indonesia.
“Kami terus menggencarkan promosi produk batik ke kancah internasional. Saat ini, Paviliun Indonesia telah menjual lebih dari 150 produk fesyen batik dan menarik sejumlah kolektor asing. Dengan menampilkan aneka batik dari berbagai daerah Indonesia di Expo 2020 Dubai, kami optimis batik semakin berperan dalam perekonomian nasional,” papar Didi.
Industri batik merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar Rp7,5 triliun selama kuartal I 2021.
Tidak hanya itu, sektor yang didominasi industri kecil menengah (IKM) ini juga menyerap tenaga kerja sebanyak 200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
Salah satu yang ditampilkan di area Rolling Exhibition di Paviliun Indonesia yaitu batik warisan dengan motif rapi dan unik asal Pekalongan, Jawa Tengah. Batik ini memiliki motif yang didominasi corak bunga kombinasi dari budaya Tiongkok dan Jawa.
Motif batik warisan ini dibuat menggunakan canting nol persen seukuran jarum oleh perajin batik berpengalaman. Dengan menggunakan canting nol persen tersebut, maka corak yang dihasilkan menjadi lebih kecil dan rapat, sehingga motif batik yang dihasilkan terlihat sangat rapi.
Selain batik warisan, Paviliun Indonesia juga memamerkan batik berbahan daun nila yang ramah lingkungan. Batik ini dikenal dengan batik indigo karena warna biru yang menjadi ciri khasnya. Batik lain yang juga dipamerkan adalah batik motif mega mendung yang mendunia dan memiliki filosofi kental akan nilai ketuhanan.
“Ketika menjelajahi area Rolling Exhibition Paviliun Indonesia, mata saya langsung tertuju pada kain batik yang dipajang. Batik Indonesia memiliki warna yang cantik dan setelah saya cari tahu, ternyata motifnya memilki filosofi tersendiri. Saya juga sempat melihat produk fesyen yang terbuat dari kain batik dan saya memilih untuk membeli satu syal batik ini,” ujar Mariam, pengunjung asal Dubai.