Subang – PT Superior Porcelain Sukses (SPS) secara resmi menggelar ‘groundbreaking atau peletakan batu pertama’ pabrik granit di Subang, Jawa Barat.
Pabrik yang berlokasi di Kadawung, Paburan, Subang itu memiliki luas bangunan 81.000 m2. Berdiri di atas tanah 22 hektar. Ditargetkan pabrik tersebut bakal beroperasi pada semester 2 tahun 2024.
Kehadiran pabrik granit tersebut juga diharapkan bisa menyerap tenaga kerja lokal. Sebab kebutuhan tenaga kerja di pabrik tersebut nantinya lebih dari 600 orang.
Granite tile yang diproduksi PT Superior Porcelain Sukses nantinya merupakan produk kedua SPS Corporate di bidang building material. Sebelumnya SPS Corporated sukses menjalankan industri bata ringan yang cukup terkenal di Indonesia, Blesscon.
’’Kami berharap perusahaan ini bisa menjadi Top 3 di bidang industri granite tiles. Mengikuti jejak company lain di SPS Corporate,” ujar Direktur Produksi PT Superior Porcelain Sukses Hendra Widodo.
Granit yang diproduksi PT Superior Porcelain Sukses ini nanti jenisnya homogeneous tiles dan porcelain tiles. Masing-masing kapasitas produksinya 7 juta m2 per tahunnya. Jadi total pertahunnya bisa memproduksi 14 juta m2.
Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyambut baik pembangunan pabrik granit PT SPS.
Ketua Bidang Keramik dan Ubin Asaki, Andrea Petrina, mengatakan, pembangunan pabrik granit PT SPS bisa membawa multiplier effect terhadap perekonomian Indonesia.
“Investasi ini bagian dari komitmen industrik kermaik nasional terhadap dukungan pemerintah memberi yang telah memberikan harga gas khusus,” kata Andrea yang hadir dalam acara groundbreaking.
Yang tak kalah penting, investasi PT SPS itu mendukung program pemerintah akan subtitusi impor.
“Seperti kita tahu homogeneous tiles (granit) impor telah membanjiri Indonesia. Semoga portofolio import nantinya bisa dialihkan ke produk SPS setelah pabrik ini sudah produksi. Apalagi kapasitas produksinya untuk homogeneous tiles ini sangat besar,” ujarnya.
Kehadiran pabrik granit SPS di Subang sekaligus menjawab tantangan gempuran produk impor, terutama dari Tiongkok. Sejak beberapa tahun terakhir, dengan tingginya angka kebutuhan granit, barang-barang Tiongkok memang membanjiri pasar lokal. Meskipun pemerintah sudah menerapkan safeguard sejak 2018.
Data Asaki menunjukkan, sebenarnya kapasitas produksi keramik nasional 550 juta m2 per tahun. Dari jumlah itu, 140–150 juta m2 merupakan keramik jenis B1A atau granit. Namun faktanya hanya bisa berjalan sekitar 50 persen.
Gempuran produk impor dari Tiongkok juga diindikasikan karena terjadi unfair trade. Seperti salah satunya subsidi pajak 14 persen, praktik indikasi dumping, serta pengurangan ketebalan keramik.