Sidoarjo – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung pembentukan koperasi pemasaran oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) bernama Koperasi Pemasaran Jahema Bonsai Sejahtera yang diharapkan mampu memperkuat terwujudnya ekspor bagi bisnis bonsai Indonesia.
“PPBI adalah salah satu organisasi hobi yang cukup tua, sudah mencapai 44 tahun. Mengelola sebuah organisasi untuk periode waktu panjang agar tetap eksis dan tumbuh bukan hal yang mudah. Ini bisa menjadi modal sosial untuk ditumbuhkembangkan, bahwa hobi bonsai bukan sekadar hobi atau karya seni, tetapi punya nilai ekonomi yang luar biasa,” ucap MenKopUKM Teten Masduki dalam Musyawarah Nasional PPBI Ke-X Tahun 2023 yang mengusung tema ‘Mewujudkan Jati Diri Seni Bonsai Indonesia Melalui Digitalisasi PPBI’ di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/11).
Dikatakan Teten, Indonesia memiliki SDA yang tak diragukan lagi, bahan baku yang tersedia di dalam negeri yang tak ada tandingannya. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa seni yang luar biasa. Sehingga jika dikolaborasikan seni dengan SDA seperti tanaman bonsai ini, bisa menjadi kekuatan ekonomi kreatif yang besar.
Menurutnya, banyak negara melihat ekonomi kreatif sebagai alternatif dari ekonomi konvensional seperti industri keuangan dan lainnya. Di tahun 2022, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional Indonesia mencapai Rp1.134,9 triliun.
Sementara berdasarkan The Global Bonsai Market 2022, pasar ekonomi bonsai di dunia mencapai 9,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dan diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Pasifik yang memimpin pasar bonsai di kancah internasional.
“Di industri ini akan banyak rantai pasok yang tercipta dari UMKM. Mulai dari bahan baku bonsai sendiri, karena ia tumbuh bukan lagi dari alam saja tetapi ada upaya budidaya. Kemudian kebutuhan pot hingga perawatan dan kebutuhan lainnya. Diharapkan dengan membangun ekosistem ini, betul-betul menciptakan lapangan kerja baru,” ucapnya.
MenKopUKM menegaskan, perkembangan industri bonsai harus dilihat sebagai suatu peluang, menjadikan seni bonsai suatu komoditas peluang ekonomi yang memiliki potensi untuk dibesarkan.
“Sirkular ekonomi yang tercipta dengan bergabung dalam koperasi, semakin menumbuhkan ekonomi kreatif,” ujar Teten.
Ia menganjurkan bagi Koperasi Jahema Bonsai Sejahtera agar memanfaatkan digitalisasi, sehingga dapat dikelola dengan profesional, melalui model bisnis dan upaya perluasan pasar dalam dan luar negeri. Tercatat, pertumbuhan bisnis bonsai dapat berkembang secara signifikan melalui toko online (e-commerce) yang menerapkan digital marketing dan transaksi less contact.
KemenKopUKM akan terus memperkuat ekosistem usaha bonsai di Tanah Air dengan melakukan pendampingan, pembentukan, dan pengembangan koperasi, pengembangan bisnis model, menghubungkan dengan berbagai mitra dan market, serta pembiayaan untuk koperasi-koperasi potensial melalui LPDB-KUMKM.
“Yang jadi pertanyaan apakah bisa ekspor? Tentu sangat bisa. Hanya saja perlu diakui masih ada terkendala izin ekspor dan kekarantinaan. Kebetulan, seiring adanya reformasi internal, telah dibentuk Badan Karantina Pertanian. Diharapkan kebutuhan koperasi dalam ekspor bonsai bisa di-adressed dengan menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Karantina Pertanian agar ekspor dipermudah. Hobi itu harus tumbuh marketnya, supaya tidak stagnan,” papar KemenKopUKM.
Ia berharap, kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Ke-X PPBI berjalan lancar dan memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan pelaku UMKM sekaligus memajukan ekonomi kreatif dan ekonomi bonsai di Tanah Air.
Sementara itu, Ketua Umum PPBI Erwin Lismar mengatakan, PPBI tidak bisa tumbuh dengan baik tanpa ada dukungan Pemerintah. Untuk itu, pihaknya terus menjalin hubungan baik dengan KemenKopUKM dan Kemenparekraf.
“Di bawah kementerian ini PBBI dapat berkembang dengan pesat. Kita dengan dunia internasional sudah sejajar, ke depan diharapkan seni bonsai Indonesia bisa menjadi kiblat dunia,” ucapnya.
Dalam Munas sekaligus Pameran Nasional Bonsai, PBBI menampilkan 1.757 pot tanaman bonsai kelas dunia dengan standar kualitas internasional. Acara tersebut juga melibatkan 250 cabang PPBI di seluruh Indonesia.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pembonsai dan seni bonsai, Koperasi Pemasaran Jahema Bonsai Sejahtera dibentuk dengan melibatkan UMKM.
“Ini kesempatan bagi masyarakat untuk bisa menikmati bonsai pilihan sebagai karya seni anak bangsa. Karena hobi dan industri bonsai tak main-main. Harga paling tinggi di pameran ini mencapai kisaran Rp2 miliar, memang sangat fantastis. Pasar bonsai merupakan industri yang sangat potensial,” katanya.