Jakarta – Perusahaan Engineering, Procurement, and Constructions (EPC) atau jasa rancang bangun industri sangat berperan penting sebagai lokomotif penggerak kemajuan industri Indonesia utamanya bagi peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Hal tersebut menjadi kesimpulan yang dapat ditarik dari acara diskusi media dan forum wartawan industri (FORWIN) bertajuk “Peran Penting Jasa Rancang Bangun Industri (EPC) untuk Mendukung Pembangunan Industri Nasional” yang bertempat di Kementerian Perindustrian (9/6/23).
Acara dihadiri oleh sejumlah narasumber seperti Surya Akbar Wijaya selaku Subkoordinator Fungsi Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Perindustrian, Abdulah selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Raymond Rasfuldi selaku Ketua Komite Kerjasama Internasional Persatuan Insinyur Indonesia (PII), dan Dhira Nandana, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (GAPENRI).
Pada diskusi tersebut, para narasumber menyampaikan peran strategis perusahaan rancang bangun industri atau yang dikenal dengan Engineering, Procurement, and Construction (EPC) utamanya pada kontribusi kemajuan industri nasional yang memberikan manfaat multiplier dari sisi sosial, ekonomi, bahkan knowledge and technology transfer, khususnya bagi para ahli engineering.
Sebagai negara berkembang, saat ini Indonesia memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang EPC, diantaranya PT Rekayasa Industri (Rekind), PT Triparta Engineers and Constructors, PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT).
Sedangkan, pada negara-negara maju, kontribusi dan eksistensi perusahaan EPC sangat menentukan industrialisasi dan hilirisasi yang bisa berkontribusi bagi ekonomi makro. Forum diskusi juga mendorong semakin lebih banyak kolaborasi strategis guna mempercepat transfer pengetahuan dan teknologi, serta peran pemerintah dalam sektor EPC.
“Terdapat 10 jasa industri yang diprioritaskan, salah satunya adalah jasa rancang bangun dan konstruksi industri atau EPC. Industri jasa ini telah memberikan kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi selama satu dekade terakhir, yang semula 44 persen pada tahun 2010 menjadi 56,34 persen di tahun 2020,” ungkap Surya Akbar Wijaya, Subkoordinator Fungsi Pengembangan Teknologi Industri Kemenperin.
Ia menambahkan peran engineer pada perusahaan EPC sangat penting karena memberikan operational cost yang rendah, namun menyediakan high impact utamanya pada layanan jasa dan konsultasi selama
merancang dan membangun.
Hal yang sama juga diungkapkan, Ketua Komite International PII, Raymond Rasfuldi. Dirinya menyebut bahwa, sektor EPC memiliki peran penting dalam pertumbuhan Indonesia dan mampu menjadi lokomotif pembangunan dalam beberapa sektor dengan kontribusi investasi sebesar 42,1 persen pada sektor industri dan 23 persen pada sektor energi.
“Ini tentunya tidak terlepas dari peran penting para insinyur atau engineer EPC pada seluruh proses dari perencanaan dan desain hingga integrasi dan koordinasi,” tutur Raymond.
Salah satu pilar industri nasional yang perlu dikembangkan melalui penguatan struktur dari
hulu (upstream) hingga produk hilir (consumer goods) adalah sektor petrokimia. Industri ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik berupa pangan, sandang, dan papan.
Selain itu, terdapat pula industri logam/baja, petrokimia yang kerap dijadikan sebagai benchmark tingkat kemajuan suatu negara karena merupakan basis bagi industri manufaktur.
Abdulah, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin menyampaikan, guna memenangkan persaingan khususnya dengan pemain EPC saing sekaligus memastikan adanya transfer ilmu pengetahun dan teknologi, perlu dilakukan adanya kolaborasi untuk membentuk suatu konsorsium antara EPC luar negeri dan dalam negeri dalam pengerjaan sebuah proyek strategis.
“Jika perancangan dan pembangunan dari industri petrokimia mampu berjalan sesuai dengan peta jalan yang telah ditetapkan, maka subtitusi dari nilai impor yang kini masih tinggi akibat kebutuhan domestik belum mencukupi, masih bisa dikurangi karena memang
industri ini sangat menjanjikan apabila bisa dikerjakan di dalam negeri,” katanya.
Sebagai salah satu pelaku industri terkait dan merupakan kontraktor EPC milik negara, Rekind yang berada di bawah induk perusahaan Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), memiliki peranan dan kontribusi yang strategis karena pengalamannya selama lebih dari 40 tahun dengan total 135 proyek besar yang pernah dikerjakan baik di dalam maupun luar negeri.
Kontribusi Rekind dapat dilihat melalui pengembangan atas hidrogen dan amonia hijau dengan membangun pabrik amonia terbesar di wilayah Indonesia maupun Asia Tenggara.
Di mana, potensi sumber energi masa depan ramah lingkungan yang dikembangkan oleh Rekind tersebut merupakan bagian penting dalam peta jalan transisi energi.
Tak hanya itu, Rekind juga memiliki banyak pengalaman dalam mengerjakan proyek industri hilir (downstream), mulai dari pembangunan pabrik hingga infrastruktur pendukungnya, seperti pada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan milik PT Pertamina (Persero).
Dalam rangka memperkuat ekonomi nasional, Rekind dengan mayoritas engineer berasal dari dalam negeri, telah berkontribusi dalam meningkatkan nilai TKDN melalui pengembangan dan penghasilan ribuan engineer yang berkompeten dalam bidang teknologi.
Ini dilakukan karena Rekind menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat penting dalam menjalankan bisnis EPC.
Sebagai hasil, Rekind dapat mempekerjakan rata-rata lebih dari 150 engineer setiap tahunnya dengan jumlah karyawan berkisar antara 966 hingga 1,588 orang dalam kurun waktu tujuh tahun selama tahun 2015-2022.
Bahkan realisasi TKDN dari proyek terdahulu Rekind mampu mencapai angka 85,65 persen pada proyek LPG FO Gas Concord Offshore Decommissioning.