Melbourne – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjadi pembicara kunci pada Indonesia-Australia Business Summit di Melbourne, Victoria, Australia, pada Senin pagi (13/5).
Acara ini merupakan rangkaian agenda kunjungan kerja Menteri Investasi ke Melbourne, Australia selama 3 hari. Bahlil mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen membangun industri ramah lingkungan ke depan.
“Jika ada yang mengatakan kalau kawasan industri kami tidak ramah lingkungan, saya akan bawa bapak ibu semua ke kawasan industri Weda Bay di Maluku Utara,” ujar Bahlil di depan sekitar 150 investor dan perusahaan Australia.
Bahlil mengatakan hilirisasi Weda Bay, di Maluku Utara merupakan bagian dari penghasil ekspor sebesar US$12 miliar untuk sektor hilirisasi mineral. “Di sana semuanya sudah ramah lingkungan,” kata Bahlil.
Dikatakannya, Indonesia memiliki potensi besar bagi investasi hijau. Namun, tantangan yang berat saat ini, masih sedikit investor tertarik berinvestasi, khususnya di energi hijau.
“Hanya 1/5 dari investasi pada energi hijau yang mengalir ke negara berkembang. Padahal 2/3 dari penduduk dunia hidup di negara berkembang,” papar Bahlil.
Dirinya mengatakan, pasar global menantikan produk-produk industri dari energi listrik ramah lingkungan. Sebab itu, investor hanya akan berinvestasi ke negara-negara yang memiliki energi bersih.
“Target carbon neutral pada tahun 2060 salah satunya dengan sistem penyimpanan energi bersih atau baterai yang akan beroperasi pada 2030,” ujar Bahlil.
Berangkat dari keseriusan Indonesia itu, Bahlil mengajak investor Australia meningkatkan investasinya di Indonesia.
Salah satu peserta IABS 2024, Geoffrey Gold dari Australia Indonesia Business Council, menyampaikan apresiasinya atas forum ini dan juga sangat terkesan karena para pembicara mampu memberikan kepercayaan bahwa Pemerintah Indonesia memberikan dukungan penuh bagi pebisnis Australia yang ingin berinvestasi di Indonesia.
Geoffrey juga menyampaikan bahwa terdapat peluang bisnis yang besar dengan melihat hubungan Australia dan Indonesia yang sangat baik, sehingga para pebisnis nyaman untuk membuat kerja sama usaha.
”Kami ingin melihat sektor pertambangan dan mineral, kerja sama saling menguntungkan. Saya harap kedua pemerintah dapat mendukung hal tersebut. Diharapkan, Indonesia semakin terbuka kepada investasi dari Australia, sebagaimana Australia terbuka bagi investor Indonesia,” ujar Geoffrey.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2019 triwulan I – 2024, total realisasi investasi Australia di Indonesia mencapai USD1,96 miliar.
Selama periode tahun 2023, Australia menempati peringkat ke-10 sebagai sumber penanaman modal asing (PMA) terbesar bagi Indonesia dengan realisasi investasi mencapai USD0,5 miliar.
Demikian pula pada periode triwulan I tahun 2024, Australia masih berada di peringkat ke-10 dengan realisasi investasi sebesar USD172,3 juta. Tiga sektor utama penyumbang realisasi investasi terbesar asal Australia yaitu pertambangan (65,4%), hotel dan restoran (7,6%) dan Jasa Lainnya (6,4%).