JurnalIndustry.com – Jakarta – PT Jababeka Tbk., pengembang kota mandiri terdepan di Indonesia yang berkomitmen berperan aktif dalam perkembangan Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia melalui kolaborasi dan sinergi antar stakeholder.
Salah satu wujud nyata upaya tersebut ialah dengan berpartisipasinya Jababeka dalam TOD Forum 2022 yang digelar 7-8 Juli 2022 di Assembly Hall Menara Mandiri- Jakarta.
TOD Forum sendiri ialah bagian dari sekaligus acara puncak TOD Fair 2022 yang digelar oleh MRT Jakarta. Dalam TOD Forum 2022, Jababeka berpartisipasi dalam sesi bertema “Investasi dan Peluang Bisnis di Kawasan TOD” berkolaborasi dengan Britcham, di mana hadir Suteja Sidarta Darmono selaku salah satu Direktur PT Jababeka Tbk sebagai moderator dan Agung Wicaksono selaku Managing Director PT Jababeka Infrastruktur sebagai salah satu narasumber.
Dalam sesi tersebut, Agung menyampaikan bahwa Kawasan Kota Jababeka – Cikarang sekarang sedang bertransformasi menjadi kota berkonsep TOD.
Transformasi tersebut didasari ada banyaknya moda transportasi publik yang pertemuannya berujung dan bermula di sekitar kawasan Kota Jababeka, antara lain KRL Commuter Line double-double track yang sudah beroperasi hingga Stasiun Cikarang yang telah diresmikan.
“Dan terutama adalah rencana MRT Jakarta fase III (Timur-Barat) yang menghubungkan Balaraja di Banten hingga Cikarang di Jawa Barat,“ ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta.
Nantinya kedua infrastruktur proyek strategis nasional yang akan segera beroperasi tahun depan yaitu LRT Jabodebek sampai Bekasi dan Kereta Cepat Jakarta Bandung yang memiliki perhentian Stasiun Karawang akan dapat terhubung dengan kawasan Kota Jababeka.
Agung menambahkan, sekarang sudah terlayaninya Kota Jababeka dengan transportasi publik mulai dari layanan Jabodetabek Airport Connexion, Jabodetabek Residence Connexion, Bus AKDP dan layanan Shuttle Bus DAMRI dengan rute dari Hollywood Junction ke Stasiun Cikarang, hingga Bus Sinar Jaya dari Apartemen Riverview ke Jawa Tengah.
Semua itu makin memperkuat integrasi transportasi yang ada di Kawasan Kota Jababeka yang mengedepankan prinsip pembangunan berorientasi transit (TOD).
Namun demikian, dalam pembangunan sebuah proyek MRT termasuk MRT fase III Cikarang-Balaraja, Agung menekankan pentingnya sinergi antara sektor sektor publik (pemerintah) dan sektor swasta.
Ia menjelaskan berdasarkan pengalamannya, dalam aspek pembiayaan pembangunan MRT Fase I berasal dari pembiayaan dari pinjaman pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah yaitu DKI Jakarta.
Menurut Agung, metode pembiayaan dalam pembangunan MRT fase III bisa mengajak sektor swasta, baik perusahaan luar negeri maupun dalam negeri, untuk menggarapnya bersama-sama. Hal itu mengingat ekspansi pembangunan MRT Fase III relatif panjang, yaitu akan terbentang sepanjang 87 KM.
“Dan Jababeka bisa support salah satunya dengan menyediakan lahan untuk station,” ungkap Agung.
Ia menambahkan bahwa “strategi kolaborasi” tersebut applicable dalam membangun MRT Fase III. Hal itu karena jika menggunakan pendekatan seperti pada MRT fase I akan memakan waktu lama, mengingat panjangnya lintasan dan beragamnya pihak pemerintah yang terlibat, baik pusat maupun daerah yang melintasi 3 provinsi dari Banten ke DKI Jakarta hingga Jawa Barat.
Oleh karena itu, kata Agung, perlu melakukan pendekatan lain yang inovatif dan sinergis dalam pembangunan MRT Fase III.
“Jika bicara tentang MRT, itu semua tentang inovasi. Dan sinergi (antara sektor publik dan swasta) itu pun sudah mulai terwujud dengan MoU antara PT Jababeka Tbk dengan MRT Jakarta dan PT Jasa Sarana terkait pembangunan MRT fase III di bulan Maret lalu, yang merupakan langkah awal yang baik,” tutup Agung.